Tag

, , , , ,

20112605456

written by  : Febry Fanytasy (FMS)

“Apa kau percaya dengan adanya peri dan penyihir? Baik, aku sangat mempercayainya. Namun, jika kau mepmercayai semua yang kau baca, lebih baik jangan membaca.”

Capitulo 1

TUJUH TAHUN KEMUDIAN

Saat berusia 12 tahun setiap peri wajib di sekolahkan di sekolah sihir yang tersebar diseluruh negeri. Salah satu dari sekolah sihir khusus peri yang terkenal di penjuru Feyland adalah Galena, banyak penyihir peri hebat yang berasal dari sekolah tersebut. Setiap sekolah di ketuai oleh satu Dewa yang memiliki beberapa wakil untuk setiap asramanya. Semua peri dan Dewa memiliki tingkatan sihir yang berbeda dan hal itu merupakan pembawaan dari lahir.

—Leona Lovegood, ahli sejarah Fairyland

Temanku Jessica jarang sekali gemetar, namun ketika melewati gerbang Galena yang besar itu untuk pertama kalinya, sayap merahnya bergetar seperti cermin yang tidak rata. Seorang peri hijau berjalan tepat di belakangnya, tidak dapat menahan diri untuk tidak terus menerus melanting ke bawah. Poni hijaunya melambai di sekitar kepalanya.

Seorang dewa yang tinggi dan gagah menghampiri kami, sayapnya yang keperakan melambai seperti burung phoenix. “Kau duluan, nona manis.” Katanya, matanya berkilauan seperti batu intan yang baru di potong.

Meluncur dengan baik melewati pilar-pilar ajaib yang melindungi Galena, aku tidak dapat menghentikan getaran sayapku. Aku kelewat gembira.

Kami semua terpaksa menunggu sampai seluruh angkatan tahun ini lengkap sebelum memasuki asrama di sekolah sihir Galena. Beberapa peri yang baru datang langsung berbaris dengan rapi di belakang kami. Sekolah ini hanya dihuni oleh peri-peri. Sedangkan para Dewa, memiliki sekolah sihir sendiri yang jauh dari sini. Namun, kendati demikian jantung kehidupan beserta seluruh prosedur negeri Feyland di atur oleh para Dewa.

Hukum yang menjengkelkan dan bodoh, namun, seperti juga semua hukum di Feyland, di jalankan dengan disiplin. Kami telah terperangkap di kota Fairyland sampai aku, dinyatakan genap berusia 12 tahun dan diperbolehkan mendaftar di Galena angkatan tahun ini bersama Jessica.

Begitu aku melewati gerbang itu dan memasuki pintu utama Galena, Dewa yang sebelumnya menyuruh kami masuk berdiri di atas podium di tengah hall yang berukuran sebesar ruang pertemuan di gedung kementrian. Beliau memerintahkan kami semua untuk berjalan kaki kemari. Bayangkan, berjalan kaki! Seolah kami akan mengalami kecelakaan jika kami terbang. Ini benar-benar tidak masuk akal, karena kami semua telah bisa terbang sejak kami berumur empat tahun.

Kaki kami menyentuh lapisan batu granit yang keras dan bukan pasir lembut yang terhampar di Fairyland. Kami harus mengadahkan kepala untuk melihat siluet dewa itu! Di Fairyland, semua bangunan di buat rendah di atas tanah, untuk mencegah peri-peri muda terluka. Tapi di Galena yang terletak di Oberon City kubah-kubah indah menjulang di sekitar kami, perak, emas, platinum dan tembaga berkilauan. Diantara kubah-kubah, aku dapat melihat menara-menara kokoh bertabur mutu manikam.

Sambil memekik kegirangan, seorang peri hitam melayang setinggi lima rentangan sayap sebelum dewa itu meneriakinya. “Tetap di tanah Miss Kwon, atau kalau tidak akan kuikat sayapmu!”

Peri itu turun terlalu cepat sehingga mungkin lututnya memar karena mendarat di atas jalan keras. Dia terpincang-pincang, sementara sayap hitamnya terkulai. Aku mendelik ke arah dewa itu. Namun dia hanya menatapku datar tanpa emosi. Menyebalkan sekali!

“Selamat pagi murid tahun angkatan baru. Aku senang kalian yang beruntung dapat diterima di sekolah ini, kalian tahu kan prosedur masuk sekolah sihir Galena tidak bisa dianggap enteng? Selamat bagi kalian yang berhasil lolos seleksi tersebut.” Ia membenarkan gelangnya sambil mengepakkan sedikit sayap peraknya kebelakang. “Kalian dapat memanggilku Profesor Kei, aku adalah kepala sekolah Galena. Sementara kalian disini, kalian akan melalui tahap seleksi ke dua yaitu penentuan asrama. Seperti yang kalian ketahui selama ini, terdapat empat asrama di Gelena. Keempatnya memiliki elemen yang berbeda, kalian akan menempati asrama tersebut sesuai dengan elemen yang terkandung dalam diri kalian.” Ia mengeluarkan semacam tongkat sihir dengan motif batu safir dari sakunya lalu mengayunkannya di depan wajahnya. “Ini adalah daftar keempat elemen beserta zodiaknya.” Tiba-tiba muncul seperti butiran debu berkilauan yang melayang di langit-langit.

Elemen :

Fire/Ignis (Api) → Aries, Leo dan Sagitarius.

Soil/Terra (Tanah)  Capricorn, Taurus dan Virgo.

Air/Aer (Udara)  Gemini, Aquarius dan Libra.

Water/Aqua (Air)  Cancer, Picess dan Scorpio.

“Setiap asrama di ketuai oleh satu dewa dengan elemen yang sama.” Ia kembali memasukkan tongkat itu di saku jubah abu-abunya. “Silahkan kalian memasuki asrama masing-masing.” Dengan itu ia menjentikkan jarinya dan terbukalah empat lorong di dinding-dinding aula. Terdapat papan nama elemen di setiap lorong beserta satu Dewa tampan yang bertengger di sisinya.

Aku menggengam erat tangan Jessica. Aku bersyukur aku dan Jessica memiliki elemen yang sama. Dia mengangguk dan menyeretku menerobos lusinan peri yang berjalan kaki menuju lorong asrama masing-masing. Genggamanku pada Jessica hampir saja lepas saat seorang peri berdiri tepat di depanku sambil berjalan tertatih. Dia adalah peri hitam yang terjatuh di lantai saat acara penyambutan tadi.

“Maaf..” Katanya sambil menunduk menyesal.

Aku tersenyum padanya, “Tidak masalah, oh.. apa kau baik-baik saja Miss? Apa kau butuh bantuan?” Aku berjongkok di depan lututnya. Darah segar berwarna perak berkilauan muncul dari tenguknya.

Dia menggeleng, “Tidak. Kakiku hanya sedikit terluka.”

Jessica menatapku sambil mendesis, “Ayo Tiff.. Sebelum Dewa itu mengomeli kita.” Ia berkali-kali menyentuh pundakku.

“Pergilah. Terimakasih atas bantuannya.” Peri itupun berjalan terseok mendahuluiku.

“Ya! Kau harus belajar bersikap baik pada orang lain.” Kataku setelah kami sudah hampir sampai di depan lorong.

Dia hanya mengangkat pundak sambil berdecak. “Lagipula itu bukan urusanku.” Katanya sebelum melenggang kearah Dewa tampan di sisi lorong. Aku mengejarnya hingga sampai lalu Dewa itu memberi kami satu kunci kamar yang sama. “Kita sekamar.”

“Baiklah, dan aku harus terjebak denganmu. Lagi.”

“Salah sendiri kau harus ditakdirkan bersamaku. Hahaha..”

Jessica memutar bola matanya dan berjalan ke arah kamar kami. Di persimpangan koridor, kami kembali bertemu dengan peri hitam itu. Kelihatannya dia juga satu asrama dengan kami. Waw, bahkan kamarnya berada disamping kami.

“Hey..”

“Oh, kalian juga Api?” Tanyanya.

Aku mengangguk dan mengulurkan tangan. “Aku masih belum bosan menanyaimu. Masih butuh bantuan?” Ia menerima uluran tanganku sambil menyeringai lebar. “Jadi, siapa teman sekamarmu?”

“Entahlah, kurasa seseorang bersama SunYe.”

“Memangnya dimana dia?” Tanya Jessica tiba-tiba. Aura dingin seketika membekukan kami. Orang-orang akan mengira dia berelemen Es atau sebagainya.

“Aku tidak tahu, mungkin sudah ada di kamar.”

Kami terus berjalan hingga aku dan Jessica berhenti di depan pintu kamar 220. “Kami sudah sampai, kau masih bisa berjalan sendiri ke kamarmu kan?”

Dia tertawa lebar. “Tentusaja. Terimakasih, hmm…”

“Panggil saja aku Tiffany dan dia Jessica.”

“Baik Tiffany dan Jessica, senang bertemu kalian. Namaku Yuri. Sampai berjumpa kembali.”

*

Continuandos…