Tag

, ,

20112605456

written by  : Febry Fanytasy (FMS)

“Apa kau percaya dengan adanya peri dan penyihir? Baik, aku sangat mempercayainya. Namun, jika kau mepmercayai semua yang kau baca, lebih baik jangan membaca.”

PROLOG

Tidak ada manusia yang hidup di dunia tak kasat mata bernama Feyland. Tempat itu hanya dihuni oleh peri, dewa, pixie dan troll. Semua peri dan dewa dianugerahi kekuatan sihir untuk mengatur dunia itu. Mereka lahir dari bunga-bunga yang sudah ditakdirkan. Sedangkan pixie dan troll yang lahir dari tumbuhan rawa, hidup di negeri masing-masing.

Leona Lovegood, ahli sejarah Fairyland

Kembali ke masa ketika aku masih berusia 5 tahun, saat aku menemukan keluarga baruku. Sebuah keluarga mengadopsiku, awalnya aku tak mengerti. Orang tuaku menghilang, atau lebih tepatnya meniggal. Aku tidak tahu apa penyebab mereka meninggalkanku, aku hanya mendengar desas-desus bahwa mereka terbunuh. Aku yang saat itu masih terlalu dini untuk mengerti kata ‘terbunuh’ hanya diam dan menunggu seseorang menjemputku.

Rumahku terlalu besar untuk kutinggali sendiri, lagipula aku masih terlalu kecil untuk dapat mengurusi diriku sendiri. Ketika Miss Jung menemuiku untuk pertama kalinya di ruang tamu, aku tahu dia orang yang baik. Terlebih ketika aku melihat gadis seusiaku yang duduk di sampingnya. Tak sulit untukku menebak bahwa gadis itu adalah putrinya. Wajah mereka sangat mirip, juga kebaikan mereka.

Awalnya, aku tak setuju. Aku selalu mengelak dan percaya bahwa orang tuaku akan kembali besok, atau besoknya lagi. Namun, setelah Mr. Lu Han Kepala Dewan Kementrian itu meyakinkanku barulah aku percaya. Aku takkan pernah bertemu lagi dengan mereka, selamanya.

Bayangkan, apa yang akan kau lakukan jika ada seseorang yang mengatakan padamu bahwa orang tuamnu telah meninggal padahal belum genap 5 jam yang lalu mereka berkata akan kembali membawakan oleh-oleh untukmu?

Miss Jung mendekatiku, mendekap dan mengelus rambutku. Menenangkanku yang kala itu masih kalut. Seketika kehangatan menyeruak ke seluruh tubuhku. Aku tak tahu sihir apa yang ia gunakan untuk membuatku nyaman. Sentuhannya terasa lembut dan tulus, aku dapat merasakannya.

Mr. Lu Han berkata bahwa aku akan tinggal bersama mereka sampai aku dewasa dan dapat hidup sendiri. Kendati demikian, mereka takkan menjual rumahku pada keluarga lain, aku dapat menempatinya suatu hari nanti. Kapanpun aku mau.

“Mi Young…” Suara serak itu membuat kedua sayapku gemetar. Sosoknya yang jakung, dengan mata seperti manik-manik garnet menatapku dari balik hidung kentangnya. Kulitnya jingga dengan bercak-bercak keemasan, rambutnya berwarna kekuningan. Terdapat kalung dengan bandul simbol Telekinesis** yang melingkari lehernya. “Ku harap kau baik-baik saja bersama Miss Jung, beliau peri yang baik dan tidak tercatat memiliki kasus apapun. Semoga kau tidak menjadi beban baginya.” Itulah kata-kata terakhir yang terucap olehnya sebelum dewa itu pergi dari rumahku.

Sesaat aku berpikir untuk membanting pintu itu, mungkin dengan itu semua keadaan akan berbalik. Namun mustahil, aku saja belum tahu sampai berapa level sihirku. Kendati aku masih kecil, namun aku tahu beberapa perapalan mantra sederhana yang seharusnya tidak boleh digunakan oleh penyihir peri seusiaku. Namun, setelah berpikir lebih lama aku memutuskan untuk tak menggunakannya. Tidak, terlebih di depan Miss Jung.

Sebuah jendela terbuka malam itu. Gelap tak berbintang, dingin udara menusuk tulang. Aku menghirup napas sedemikian dalam, mencoba membendung air mata. Mata Miss Jung yang berwarna kuning pudar menyala sekejap lalu berair.

Ia menatapku dalam diam. Merengkuh pundakku dan menenggelamkan kepalaku di dadanya. Kurasakan kehangatan yang sebentar lagi akan kurindukan dan yang takkan pernah lagi kurasakan selamanya. Jendela hatiku terkuak lebih lebar sehingga malam masuk dengan lebih leluasa.

Umma, Appa, mengapa kau tega meninggalkanku jika kau berjanji untuk kembali?

“Sepertinya orang tuamu meninggalkanmu ini,” aku melepaskan pelukanku sebelum kembali menatapnya. Sebuah kalung berbandul batu opal merah menyala, sejenak kumiringkan kepalaku dan batu itupun berubah menjadi warna biru. Aku yang kebingungan akhirnya mengernyit, mengapa umma memberiku benda seperti ini? Sebelum aku dapat menjawabnya, Miss Jung melakukanya untukku. “Nanti, suatu saat jika kau sudah cukup dewasa, kau akan tahu alasannya. Sekarang, pakailah ini dan jangan pernah sekalipun kau melepasnya, arrasso?” Suara Miss Jung meninggi, dari raut wajahnya kutahu ia sedang tidak bercanda. Dengan gemetar, aku mengangguk. Ia pun tersenyum lalu kembali memelukku.

“Apa mereka tidak mencintaiku lagi?” Suaraku sayup terdengar, teredam di dalam dadanya.

Aku dapat merasakannya mengagguk sekalipun aku tidak mengangkat kepala. “Tentu saja mereka masih sangat mencintaimu, sayang. Mereka bukan pergi tanpa alasan, suatu saat kau pasti tahu mengapa mereka melakukan hal ini. Sekarang, kau akan tinggal bersamaku dan aku akan berusaha menjadi wali yang baik bagimu.” Ketika dia mengatakan hal itu, terjadilah sesuatu yang mengaggumkan. Aku merasa seakan-akan ada sehelai tirai muncul dalam hatiku, terbuat dari tenunan sesuatu yang kuat dan berat sehingga dapat menutup jendela malam itu. “Aku turut berduka cita atas meninggalnya orang tuamu.” Dia mengelus rambut emasku.

Tirai itu kian menebal. Semakin rapat tirai itu menutup, semakin pudar juga kenanganku pada keluargaku yang sudah tiada.

*

**Telekinesis

exo_m_luhan_telepathy_logo_by_jinsuke04-d4yh5sr

Telekinesis yaitu suatu kemampuan batin yang mampu menggerakkan obyek fisik tanpa menyentuh obyek tersebut.