Tag

, ,

20112605456

written by  : Febry Fanytasy (FMS)

“Apa kau percaya dengan adanya peri dan penyihir? Baik, aku sangat mempercayainya. Namun, jika kau mepmercayai semua yang kau baca, lebih baik jangan membaca.”

Capitulo 6

Troll merupakan makhluk paling ditakuti di Feyland, walaupun ada kabar bahwa mereka suka berteman dan suka bersenang-senang ketika sedang berkumpul dengan sesamanya. Dengan perawakan yang lebih tinggi dibandingkan dengan peri yang paling jakung, kekuatan troll juga sebanding dengan sosok mereka. Makanan mereka adalah putch yang tumbuh dengan berlimpah di rawa swillich, kawasan yang sangat luas di negeri troll. Kabarnya, mereka juga tidak keberatan memakan makhluk hidup lainnya. Ada gunjingan bahwa troll juga mau memakan daging manusia, akan tetapi desas-desus ini belum terbukti kebenarannya. Negeri troll tertutup bagi pengunjung, dan karena itu sulit untuk mencari informasi tentang mereka secara langsung. Karakter troll yang paling menakutkan adalah, mereka sama sekali tidak bisa ditebak. Mereka memiliki sihir berlimpah, dan mereka tertutup sekali mengenai metode sihir yang digunakan.

Leona Lovegood, ahli sejarah Feyland.

“Maple,” kataku. “Upandos maple.” Dengan suara klik, gembok itu terbuka. Gerbang yang membentengi Galena akhirnya sedikit bergeser. Dan benarlah, perlahan gerbang itu terbuka semakin lebar.

“Hey, kau yakin?” Tanyaku sekali lagi dengan kaki yang gemetaran. Mataku masih mengawasi sekitar, kalau-kalau ada yang melihat kita berdua menyelinap keluar di tengah malam begini.

“Tidak pernah merasa seyakin ini.” Tangannya yang mungil menyentuh gerbang Galena yang terbuat dari platina itu hingga terbuka selebar dua rentangan sayap.

“Bagaimana jika kita ketahuan?” Aku masih gelisah dan bimbang. Ini adalah keputusan besar yang pernah kuambil. Sebelumnya aku hanyalah gadis biasa yang selalu menuruti apapun yang Ms. Jung katakan padaku.

“Tidak akan pernah.” Gesturnya tetap tenang. Kurasa pembawaan peri ini memang tenang.

“Bagaimana kau bisa seyakin itu?”

“Tentu saja karena aku pernah kesana sebelumnya.” Aku masih tak percaya, “Seorang diri.” Lanjutnya dengan ekspresi yang masih sama.

“Lalu, mengapa sekarang kau mengajakku?” Pertanyaan itu muncul begitu saja, baiklah dengan beribu peri yang ada di Galena, mengapa dia memilihku? Aku masih tidak yakin, apa karena dia tahu bahwa aku ini adalah peri Ungu?

“Karena kita berteman.”

“Kenapa kau tidak mengajak serta temanmu yang lain.” Sesekali kakiku tersandung bebatuan kecil di sepanjang jalan.

“Entahlah… Kurasa, aku tidak punya.”

“Maksudmu, kau tidak punya teman lain?”

“Kau adalah teman pertamaku.”

Aku masih ternganga mendengar jawabannya. Benarkah? Apakah dia begitu buruk hingga tidak pernah punya teman sebelumnya?

“La—lalu, kau tinggal sekamar dengan siapa?” Rasa penasaranku terus saja membombardirku untuk terus bertanya lebih.

“Sendiri.”

“Serius?”

“Yeah.. Aku mendapat kamarku sendiri, mengapa?”

“Apa karena kau peri Ungu?”

“Bukan. Apa kau juga menerima perlakukan yang sama karena kau peri Ungu?”

Aku menggeleng. Aku masih harus terjebak dengan Jessica sekalipun kenyataannya aku adalah peri ungu. Beberapa detik kemudian, barulah aku menyadari kebodohan pertanyaanku itu.

Aku masih terus memandangnya. Peri yang aneh, mysterius dan sulit ditebak. Namun hal itu justru semakin membuatku penasaran. Kami melanjutkan perjalanan menuju portal dalam diam.

Aku tahu, saat dia menemuiku di sudut gerbang kala itu akan mengubah hidupku, begitu juga dengan keputusanku ini.

**

 “Aku tahu ada sebuah portal ke Bumi,” katanya. “Sebuah portal yang dapat kita gunakan hari ini dan tidak akan ada yang tahu.”

“Hari ini?” tayaku dengan berkedip bingung.

Dia berbisik, “Portal itu ada di kebun sonia dekat air terjun.”

“Itu tidak mungkin!”

“Memang melanggar hukum, tapi bukan tidak mungkin,” kata Taeyeon.

“Dari mana kau tahu?” pekikku.

“Kau tidak percaya padak?” sahutnya sambil tersenyum.

“B—bukan begitu..”

“Percayalah padaku.”

Aku tidak dapat menolaknya, mata ungunya yang bersinar benar-benar berhasil membiusku. Sungguh, menawan.

**

Taeyeon menatapku, alisnya melengkung, lalu melayang ke arah sebongkah batu alam besar yang berjarak dua puluh rentangan sayap. Aku terbang dengan gemetar mengikutinya.

Batu besar itu ternyata batu alam yang biasa saja, tidak ada istimewanya. Tidak ada jalan kecil ke situ hanya berbagai tumbuhan bunga-bunga zinnia liar yang berwarna jingga dan kuning. Semakin dekat aku dengan batu itu, semakin jelas rasa aneh yang mendorongku untuk melewati saja batu besar tu dan melupakannya.

“Batu alam yang besar ini dilindungi dengan mantra,” bisik Taeyeon, “karena itu tidak ada anak-anak yang mau bermain di atasnya.”

“Mantra jangka panjang?” tanyaku sambil merasa kagum.

Dia mengangguk.

“Kau tahu dari mana?”

“Akan kuceritakan padamu setelah kita melewatinya.” Ia melihat ke sekeliling, lalu melangkah ke dalam batu itu, dan menghilang!

Perasaan bimbangku hanya berlangsung satu helaan napas panjang. Jujur saja, seandainya ada yang mengatakan kepadaku bahwa portal itu akan mengubahku menjadi troll atau memaksaku untuk hidup di antara lima belas jembalang selama sepuluh tahun, aku masih tetap bersedia melewatinya.

*

Continuandos…

Go follow : @fanytasy for more information and keep in touch.