Tag

, , , , ,

20112605456

written by  : Febry Fanytasy (FMS)

“Apa kau percaya dengan adanya peri dan penyihir? Baik, aku sangat mempercayainya. Namun, jika kau mepmercayai semua yang kau baca, lebih baik jangan membaca.”

Capitulo 4

Semua makhluk ghaib di Feyland kecuali troll memiliki tenaga sihir cadangan yang diukur dalam unit-unit yang disebut radia. Unit-unit ini berhubungan dengan jumlah kekuatan sihir, yang tidak sama dengan tingkatan kemampuan. Satu unit radia jika sudah digunakan, akan hilang selamanya.
Setiap warna dalam kalung kristal berisi sepuluh derajat dan menunjukkan radia sepuluh kali lipat pada warna yang mendahuluinya. Derajat pertama dari warna kelabu menunjukkan persediaan sepuluh radia, derajat ke sepuluh dari kelabu menunjukkan seratus radia.
Zona hitam menunjukkan rentang seratus radia hingga seribu radia.
Coklat rentangnya dari seribu hingga sepuluh ribu.
Merah rentangnya dari sepuluh ribu hingga seratus ribu.
Jingga rentangnya dari seratus ribu hingga sejuta.
Kuning rentangnya dari sejuta hingga sepuluh juta.
Hijau rentangnya dari sepuluh juta hingga seratus juta.
Biru rentangnya dari seratus juta hingga satu milyar.
Hanya Ungu yang tidak memiliki rentang, yaitu tidak terbatas persediaan radianya. Namun, Hikayat mengatakan bahwa dahulu kala, jumlah peri Ungu lumayan banyak, tetapi sudah berabad-abad peri semacam itu tidak terlihat lagi.

Leona Lovegood, ahli sejarah Feyland.

Aku terbang tanpa arah di sekitar Galena. Aku tak lagi peduli dengan peraturan yang mengatakan bahwa seluruh murid tidak diperbolehkan terbang di area sekolah. Yang ada di kepalaku saat ini hanya Ungu-ku. Sepertinya berita tentang warnaku sudah tersebar ke penjuru Galena atau bahkan Feyland, entahlah. Kurasakan seketika aku menjadi pusat perhatian. Berbagai macam tatapan yang kudapatkan dari seluruh murid Galena. Kagum, tak percaya, terkesima hingga sinis tak luput sepanjang aku mengepakkan sayap. Semua ini menyisakan tanda tanya besar untukku. Mengapa aku? Mengapa aku harus menjadi peri Ungu? Apa aku satu-satunya peri Ungu yang hidup di Feyland ini?

Matahari sudah rendah saat aku menemukan tempat teduh di balik irisan dinding prisma kristal yang masih di biaskan cahaya spektrum. Aku harus menyipitkan mata untuk melihat tempat itu. Ada sebuah kolam di bawah air terjun. Kolam itu bertepikan batu permata-zamrud, rubi, berlian, safir, topas. Sinar matahari memperindah warna-warna itu dan memantulkannya ke dinding kristal, membentuk spektrum warna yang lebih berkilauan dari sebelumnya. Rumpun bunga yang subur ada dimana-mana. Benar-benar indah.

Aku duduk di atas batu itu, tak menyadari bahwa ada seseorang yang duduk membelakangiku.

“Sigh…” Aku mendengar desahan yang bukan berasal dari mulutku. Aku terkesiap saat menoleh. Sesosok peri berwarna ungu dengan sayap bercahaya tengah duduk diantara tumpukan batu rubi sambil memeluk kedua lututnya.

Sepertinya dia menangkap radarku saat ia menoleh kemudian tersenyum, lalu kembali ke posisi semula. Rupanya aku tidak mengenalnya, wajahnya terasa asing. Dengan kulit ungu pucat dan warna rambut senada. Tak ada yang menarik dari peri itu kecuali sayapnya yang bercahaya dengan warna ungu yang lebih mencolok. Namun, saat mata kita bertemu aku merasa seolah ada yang menarik jiwaku keluar dari tubuhku. Warna mata yang senada dengan sayapnya, begitu lembut dan hangat. Seolah ada kekuatan magis yang membiusku.

Sunyi, suasana sekitarku terasa hening. Entah apa dan mengapa namun ada sesuatu dalam dirinya yang menarik perhatianku. Lama mata kami kembali bertemu. Perlahan, ia menujukan tatapannya pada kalungku lalu mengernyit dalam. Dengan ragu-ragu aku menyentuh kalungku dan membawanya pada telapak tanganku. Mengamati benda itu. Tak ada yang menarik, hanya warna batu yang tadinya kristal kini berubah menjadi Sardonyx.

Aku kembali tersadar saat peri itu sudah menghilang. Tak ada tanda-tanda kemana perginya peri ungu tersebut. Tanpa sadar aku merengut.

Benar-benar tidak sopan. Aku bahkan tidak diberitahu siapa tahu namanya.

*

“Darimana saja kau?” Jessica menghampiriku dari kejauhan saat aku tiba di pintu gerbang asrama Ignis.

Aku tak menjawab, hanya tersenyum. Aku tidak menyesal menjadi peri ‘Ungu.’ Yang tidak kusenangi adalah aku tak memiliki siapa-siapa untuk meneriakan warnaku. Tidak seperti Luna yang segera memberitahukan perihal ‘Kuning’nya pada Ibunya melalui communicatio, sebuah benda sihir berbentuk persegi yang terbuat dari bahan metal dan kristal, benda yang sama persis akan kau temui di bumi dan sering di sebut telepon genggam atau ponsel. Lalu kudengar kedua orang tuanya berteriak ‘Kuning’ dengan bangganya dan membuat Luna berkaca-kaca. Atau Yuri yang langsung bertemu dengan kedua orang tuanya di depan pintu gerbang Galena dan berteriak kegirangan mengenai warna ‘Hijau’nya. Yang kupunya hanyalah Jessica. Peri bersayap merah dengan tingkat delapannya dan memiliki persediaan hampir seratus juta radia. Biru. Peri yang kini duduk disampingku, menemaniku dalam diam.

Dia menyandarkan kepalanya di pundakku saat aku mendesah. Aku tahu dia tahu. Tak ada yang lebih mengerti aku kecuali Jessica. Ketika kami masih sangat kecil, kami bermain-main dengan permata, makan bunga Sonnia segar dan berbagi rahasia. Tahun-tahun sesudahnya kami menjadi terlalu besar untuk bermain permata, tetapi kami masih terus berbagi rahasia. Jessica tahu aku senang menyelinap keluar pada malam hari di tempat favorit kita, dan bahwa aku tidak suka berbicara tentang anggota keluargaku yang sudah tiada.

“Mari kita sambut peri-peri terhebat di seluruh penjuru Feyland.” Kata Yuri dengan nada riang, tetapi dia tidak mau menatap mata kami.

Sunye tersenyum, “Selamat yaa..”

“Kau juga.” Sahutku sambil bertanya-tanya apakah dia merasa sungkan gara-gara persediaan radia kami yang lebih banyak dan tingkat kami yang lebih tinggi.

Tatapan mataku berpendar. Kami menjadi pusat perhatian. Baru kali ini aku berharap aku tidak pernah tahu apa warnaku. Sekarang segalanya telah berubah.

*

Sayup-sayup kudengar para orang tua mengumumkan warna anak-anak mereka di bumbungan atap, di depan gerbang sekolah atau hanya melalui communicatio. “Hitam!” diserukan tanpa semangat. “Merah!” dan “Kuning!” diulang dengan perasaan bangga, lalu “Hijau!” diteriakkan dengan suka cita. Dan aku, tidak menginginkan siapa pun saat ini.

Tetapi, itu tidak sepenuhnya benar. Aku menginginkan seseorang, tetapi dia sudah lama pergi dan tidak akan kembali.

Aku bertengger di dekat jendela, mengenang ibuku dengan sedih sekali. Aneh, sudah beberapa hari ini ibuku sering mengisi pikiranku, padahal sudah bertahun-tahun aku berusaha menghapusnya dari ingatanku. Apa yang kira-kira akan dikatakannya jika dia tahu bahwa aku adalah peri Ungu? Yah, setahuku dia tidak akan membawa kelompok penggosip untuk memberondongku dengan pertanyaan. Aku seperti merasakan jutaan serpihan es tajam ditusukkan menembus hingga ke tulangku.

Dengan hati-hati, aku menarik koperku di samping lemari sambil bertanya-tanya mengapa semua peri harus repot-repot membawa benda seperti ini jika mereka dapat dengan leluasa menggunakan kekuatan sihir mereka untuk apa saja. Walaupun hal itu dapat dikategorikan sebagai pemborosan radia.

Dengan suara klik pada gerendel koper terakhirku, aku mengambil sebuah kotak peninggalan ibuku yang sengaja ditinggalkannya untukku. Miss Jung yang mengatakannya padaku. Dengan perlahan, aku membukanya. Dan benarlah, ada sebuah buku di dalamnya. Ketika kuambil, aneh, ternyata buku tersebut sangat ringan di tanganku, nyaris tidak terasa beratnya.

Hwang Mi Eun, tertulis pada sampulnya. Buku Mantra.

Peri muda seharusnya tidak boleh membaca buku mantra milik ibunya sampai ibunya mengizinkan. Aku sangat tahu itu. Tetapi ibuku kan sudah tidak bisa memberiku izin, padahal aku sangat memerlukan bantuan dan petunjuknya. Sekarang.

Sambil menahan napas, aku membuka sampul buku itu. Pada halaman pertama, di bawah stempel Raja Oberon—sebuah cap lilin emas bergambar mahkota—tertulis catatan kekuatan ibuku: Hwang Mi Eun, Terdaftar tingkat 7, Hijau penuh.

Ibuku memiliki kemampuan sihir yang sangat kuat, tetapi dia hidup sederhana.

Aku mulai membuka halaman-halaman buku itu. Aku melewati berbagai macam petunjuk-petunjuk dan petuah mengenai dunia sihir. Sembari terus membalik halaman, mataku melihat sesuatu yang menarik.

Ada sebuah legenda yang mengatakan bahwa akan ada seorang peri yang lahir dari kuncup bunga matahari pada hari pertama bulan kedelapan tahun 3000 cahaya dalam kalender Feyland, dia akan memiliki tingkat kekuatan sihir yang sangat tinggi dan dapat digunakan untuk menyelamatkan atau justru menghancurkan negeri Feyland.

Selain itu, ada pula sebuah legenda yang juga mengatakan bahwa akan ada peri lain yang lahir di tahun yang sama pada hari kesembilan bulan tiga yang lahir dari kuncup bunga lotus. Peri itu dapat menjadi sahabat sejatinya atau justru musuh terbesarnya.

Secara acak saja aku menyelipkan jempolku pada halaman yang lain.

Api dan Air. Takkan pernah bisa bersatu. Air dapat memadamkan Api, atau justru dapat semakin memperbesarnya jika disiram di tempat yang salah. Bunga matahari dan teratai. Panas dan dingin. Terlihat dan tersembunyi. Glamour dan sederhana. Sunflower, bunga yang sangat memesona. Namun lain halnya dengan Lotus. Indah, memiliki akar yang panjang, namun tak tampak. Satu hal yang menjadikan bunga ini sangat istimewa yaitu kau harus berenang dan berusaha keras untuk dapat memetik bunganya.

*

Continuandos…